Tutup

Layanan

Situs Lainnya

Pertiba Startup & Network

MELIHAT KEMISKINAN BANGKA BELITUNG

MELIHAT KEMISKINAN BANGKA BELITUNG
Ilustrasi kota pangkalpinang

STIE PERTIBA - Rabu, 15/06/2022 Pangkalpinang, Permasalahan Ekonomi yang dihadapi negara berkembang adalah kemiskinan, tingginya tingkat inflasi dan lambannya pertumbuhan ekonomi. Kemiskinan menjadi salah satu barometer dalam melihat baik buruknya perekonomian suatu negara.  Untuk mengukur kemiskinan, BPS menggunakan konsep kemampuan memenuhi kebutuhan dasar (basic needs approach). Konsep ini mengacu pada Handbook on Poverty and Inequality yang diterbitkan oleh Worldbank. Dengan pendekatan ini, kemiskinan dipandang sebagai ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dasar makanan dan bukan makanan yang diukur dari sisi pengeluaran. Penduduk dikategorikan sebagai penduduk miskin jika memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per bulan di bawah garis kemiskinan.

Sedangkan Garis Kemiskinan (GK) mencerminkan nilai rupiah pengeluaran minimum yang diperlukan seseorang untuk memenuhi kebutuhan pokok hidupnya selama sebulan, baik kebutuhan makanan maupun non-makanan. GK terdiri dari Garis Kemiskinan Makanan (GKM) dan Garis Kemiskinan Non-Makanan (GKNM). Garis Kemiskinan Makanan (GKM) merupakan nilai pengeluaran minimum untuk kebutuhan makanan yang disetarakan dengan 2100 kilokalori per kapita per hari. Paket komoditi kebutuhan dasar makanan diwakili oleh 52 jenis komoditi (padi-padian, umbi-umbian, ikan, daging, telur dan susu, sayuran, kacang-kacangan, buah-buahan, minyak dan lemak, dll).

Dengan angka garis kemiskinan sebesar Rp770.457 per bulan, setidaknya saat ini terdapat sekitar 69.700 orang Bangka Belitung dikategorikan miskin. Sedikit menarik dikaji, bahwa orang miskin di Bangka Belitung Sebagian besar berada di perdesaan yaitu sekitar 42.430 orang per September 2021, sementara kemiskinan di perkotaan pada periode yang sama tercatat sebesar 27.280 orang. Angka kemiskinan perdesaan ini memberi indikasi bahwa kita masih mengalami persoalan pemerataan pembangunan, persoalan kelancaran distribusi barang dan jasa, inflasi serta serta persoalan angka pengangguran perdesaan yang perlu diselesaikan. Untuk dapat bertahan hidup dan tidak dikatakan miskin, maka orang yang tinggal di Bangka Belitung, harus tetap bekerja dan menjaga level penghasilan setidaknya berada pada kisaran di atas Rp770.457.

Diperoleh kesan bahwa masyarakat Bangka Belitung dengan memperhatikan angka-angka yang di publikasikan BPS tampak lebih sejahtera, bahkan secara peringkat, Bangka Belitung memiliki angka kemiskinan nomor dua terendah di Indonesia. Kita tentunya sedikit berbesar hati dengan pencapaian tersebut, dan menjadi motivasi bagi kepala daerah untuk berjibaku mengurangi kemiskinan dan kesenjangan di bangka beliutng. Namun perlu diingat, dari sisi manapun kita melihatnya, kemiskinan tetaplah kemiskinan dan sangat berbeda dengan kesejahteraan, walaupun jika dibandingkan dengan rata-rata nasional atau dibandingkan dengan daerah lain Bangka Belitung mengindikasikan angka yang lebih baik. Angka kemiskinan menunjukkan seseorang dikatakan miskin atau hidup dalam masalah kemiskinan jika pendapatan atau aksesnya terhadap barang dan jasa relatif rendah dibandingkan rata-rata orang lain dalam perekonomian tersebut.

Lebih jauh jika kita bandingkan dengan standar garis kemiskinan menurut bank dunia, kita akan memperoleh hasil yang berbeda. Pada tahun 2018, garis kemiskinan per kapita per hari menurut bank dunia sebesar 1,9 dolar. Artinya seseorang masih dikategorikan miskin jika mereka dalam satu hari memiliki penghasilan sebesar 1,9 dolar dikalikan kurs dollar terhadap rupiah sebesar 14.350 atau diperoleh angka sebesar Rp27,262 per kapita per hari, atau kalau kita kalikan satu bulan kurang lebih Rp817.950,00. Dengan menggunakan angka ini tentunya jumlah penduduk yang miskin di Babel akan sedikit bertambah.

Kemiskinan bukan sekedar jumlah dan persentase penduduk miskin. Namun kita juga perlu memperhatikan tingkat kedalaman dan keparahan dari kemiskinan. Indeks kedalaman kemiskinan merupakan ukuran rata-rata kesenjangan pengeluaran masing-masing penduduk miskin terhadap garis kemiskinan. Indeks keparahan kemiskinan memberikan gambaran mengenai penyebaran pengeluaran di antara penduduk miskin. Kita patut apresiasi bahwa, pada periode Maret–September 2021, Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) mengalami penurunan. Indeks Kedalaman Kemiskinan pada September 2021 sebesar 0,556, turun dibandingkan Maret 2021 yang sebesar 0,609. Demikian juga dengan Indeks Keparahan Kemiskinan, pada periode yang sama mengalami penurunan dari 0,115 menjadi 0,114. 

Perubahan harga-harga barang dan jasa berkontribusi terhadap meningkatnya angka kemiskinan, hal ini dikarenakan inflasi akan menigkatkan biaya produksi yang berakibat pada penyesuaian harga barang dan jasa. Semakin tinggi tingkat inflasi maka masyarakat yang awalnya mampu memenuhi kebutuhan sehari-hari nya, dengan meningkatnya harga barang dan jasa mereka tidak dapat lagi memenuhi kebutuhannya sehingga menimbulkan kemiskinan. Ilustrasi sederhananya, jika sebelumnya dengan uang Rp10ribu dapat membeli 1 kg beras merek A, dengan terjadinya kenaikan harga beras A menjadi Rp11 ribu, maka dengan uang Rp10 ribu, kita tidak lagi mendapatkan beras A sebanyak 1kg, dengan demikian jika tetap ingin membeli 1kg beras tersebut, maka seseorang harus mengalihkan atau menunda pembelian barang lain. Dengan tidak adanya tambahan penghasilan maka dengan perubahan harga akan berdampak pada tidak terpenuhinya kebutuhan yang idealnya harus dipenuhi.

Berdasarkan angka yang di release BPS, per September 2021 Rata-rata rumah tangga miskin di bangka belitung memiliki 4,74 orang anggota rumah tangga. Dengan demikian, rumah tangga di Babel dapat dikatakan miskin jika mereka memiliki pengeluaran kurang dari Rp3.651.966 per bulan, atau angka per orang berkisar Rp770.457. Nah, sekarang bagaimana dengan jika suatu rumah tangga di Bangka Belitung memiliki 4 orang anggota dan memiliki penghasilan katakanlah sebesar UMP kurang lebih Rp3,2 juta. Nilai UMP ini kalau kita bagikan 4, kurang lebih diperoleh angka sebesar Rp800 ribuan per orang, dengan demikian suatu keluarga tersebut sedikit berada di atas garis kemiskinan dan sangat rawan terperosok pada jurang kemiskinan. (shd)